Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14)
Demikianlah manusia, Allah ‘Azza wa Jalla memberikan kepada mereka nafsu
dan akal. Nafsu mereka butuhkan, karena dengan itu mereka bisa hidup bergairah
dan bersemangat. Bagi seorang mu’min, nafsu akan ditundukkannya untuk
membantunya beramal shalih, saat itu nafsu tidaklah tercela. Adakah nafsu yang
mendukung amal shalih?
Dari
Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
“Pada kemaluan salah seorang kalian ada sedekahnya.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah salah seorang kami mengumbar syahwatnya akan diberikan pahala?” Beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian seandainya meletakan syahwatnya pada yang haram, bukankah dia berdosa? Maka demikian juga jika dia meletakkannya pada tempat yang halal, maka dia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim No. 1006, Ibnu Hibban No. 4167, Al Baihaqi dalam As Sunan No. 7612)
Sebaliknya, bukan justru nafsu yang mengendalikannya untuk dia beramal salah.
Hidup terombang ambing nafsu, syahwat dunia, dan keinginan rendah tanpa batas.
Saat itu, nafsu telah menyeretnya pada derajat hidup binatang.
Allah ‘Azza wa
Jalla juga memberikan akal bukan sekedar
pembeda dengan binatang, tapi agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsu. Akal
berpikir dan menilai, bahkan dia menjadi
hakim bagi hawa nafsu, sehingga liarnya hawa nafsu terhentikan langkahnya,
kelalaiannya dapat disadarkan, ketertidurannya dapat dibangkitkan; yakni akal
yang telah tersinari cahaya wahyu, akal yang telah tunduk bersimpuh di depan
firman Rabb yang menciptakannya, bukan akal liar sebagaimana liarnya hawa nafsu
yang akan dijaganya.
Sungguh, keterjagaan nafsu dan akal dari daya tarik dunia dan permainannya, akan membawa pribadi yang puas (qana’ah). Karena cahaya ketuhanan telah mengantarkannya kepada target yang lebih mulia dan tinggi, dan selayaknya inilah yang menggoda kita. “ ….. dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Percayalah …, qana’ah itu nikmat. Kita memandang manusia dengan mata
ridha dan ikhlas, tiada iri dan dengki. Sementara kita memandang diri sendiri
dengan mata syukur dan lapang. Apa yang
ada di syukuri, sedangkan yang tidak ada, toh semua nanti juga akan binasa.
Lalu, apa lagi yang mengganggu pikiran kita?
Palingkanlah pandangan kita dari dunia yang Allah Ta’ala titipkan kepada
orang lain; justru itulah ujian dan fitnah bagi mereka! Bukankah ini kenikmatan
bagi kita?
Palingkanlah pandangan kita dari jabatan yang Allah Ta’ala embankan
kepada orang lain; justru itu akan meremukkan
punggung dan menghabiskan waktu mereka! Bukankah ini kenikmatan bagi
kita?
Palingkanlah
pandangan kita dari rupiah dan harta yang membanjiri mereka; justru karena itu
pertanyaan di akhirat bagi mereka tidaklah sederhana! Bukankah ini juga
kenikmatan bagi kita?
Tahukah anda, -dalam hal ini- ada sebagian orang menjadikan
Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu
lebih utama dibanding Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu? Sebab Abu
Bakar hidup qana’ah, karena memang dunia tidak mengejarnya, dunia tidak
menggodanya, bahkan menjauhinya. Maka itu sudah sewajarnya. Ada pun Umar, dia
qana’ah dan terus menerus seperti itu, ketika dunia mengganggunya, dunia
mengejar dan memanggilnya, tetapi dia tidak
menoleh sama sekali. Ini lebih berat rasanya.
Namun, qana’ah bukanlah kemiskinan, bukan pula kefakiran.
Tetapi dia sikap mental terhadap semua karunia yang Allah ‘Azza wa Jalla
berikan kepada kita; memandangnya dengan syukur , ridha, dan penuh amanah.
Sehingga, kita menjadi pribadi selalu berbahagia dan tersenyum puas.
Benarlah apa yang
disebutkan sebuah ungkapan:
“Jika engkau memiliki hati yang puas (qanuu’), maka engkau dan rajanya dunia adalah sama saja!”
.
wallahua'lam
oleh Farid Nu'man
oleh Farid Nu'man
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon