Menanamkan Sikap Jujur

Tulisan ini ane ambil dari blog ane yang dulu,
Ini adalah cerita yang dibawakan ustadz Dedi Martoni dalam ceramah tarawih pada Ramadhan 1433 (kalo ngga salah inget) hehe


Ada seorang bapak yang bercerita tentang masa kecilnya yang membuat kita memahami pentingnya menanamkan sikap jujur dalam diri kita.

Dulu, ada seorang ayah yang memiliki seekor burung perkutut -yang emang disukai kebanyakan orang jawa- yang sangat ia sayang. Setiap hari sang ayah menurun-naikkan kandang untuk membersihkan dan memberi makan burung tersebut.

"Krukuk kuk. krukkuk kuk" ayah menirukan suara burung perkututnya. Si burung pun membalas sahutan ayah "kuruk kuk kuk. kuruk kuk kuuk"

Ayah mempunyai satu orang anak laki2. Saat itu si anak masih kecil, masih duduk di kelas 3 SD, ia bertugas menyemprot2 si burung perkutut dengan air. Pada suatu saat dia meminta pada ayahnya,

"Ayah, boleh ngga aku yang naek-turunin kandang burungnya? aku mau nyoba..",

sang ayah menjwab,"jangan nak, kandang ini berat, kamu belom kuat nahannya, nanti yang ada kandang ini malah jatoh. Nanti kalo kamu udah kelas 6, baru kamu boleh melakukan tugas ini" jawab ayah sambil tersenyum.

Tapi anak itu punya keinginan yang kuat, saat pulang sekolah dia diam2 menurunkan kandang burung perkutut milik ayahnya, set...set... perkataan ayahnya terbukti, GUBRAK! BRAK..! kandang burung itu terjatuh dengan keras karena tangan kecil si anak tidak kuat menahan beban kandang burung yang begitu berat. Kandang burung pun terbuka, lalu sang perkutut pun terbang ke angkasa. Si anak kebingungan, cemas, tubuhnya berkeringat, mengingat itu adalah burung kesayangan ayahnya, ia pun buru2 menaikkan kembali kandang burung yang kini telah kosong lalu ia lari bersembunyi.

Saat ayah pulang, ia menuju kandang dan seperti biasa, mulutnya berbunyi menirukan suara burung perkutut, "kuruk ku kuk. kuruk kuk kuuk".

Hening.

"kuruk kuk kuk", sahut ayah lagi..

Tetep hening.

"Kok ngga ada suara yaa? Lalu ayah mengecek kandang tersebut, "Masya Allah, kemana burungku?"

Ayah menanyai ibu dan si anak. Saat ditanya si anak hanya menggeleng, "engga tau tuuh.." jawab si anak polos.

Setelah peristiwa itu, sang ayah sering merenung berdiam diri di teras..

Sudah empat hari sejak peristiwa itu, ayah masih berdiam diri di teras.. dieeeem aja kayak orang stres, putus asa, ato sebagainya lah.

Si anak tidak tega melihat ayahnya. ia pun mendekti ayahnya.

"Ayah, kok dari kemarin diam di teras mulu? Masih sedih ya burungnya hilang?"

Ayah tidak menjawab pertanyaan anaknya, ia justru bertanya, " Ada apa nak?"

"Ng..aku mau ngaku..."

"Ngaku apaa..?"

"Sebenarnya aku yang menghilangkan burung ayah.."

Ayah pun langsung memeluk erat si anak sambil menangis..,

"Alhamdulillah, akhirnya anak ayah yang jujur sudah kembali.."

"Sebenarnya selama empat hari ini ayah menunggu kamu, menunggu kamu mengakui prbuatanmu, sekarang anak ayah yang jujur sudah kembali ..Alhamdulullah.."

"Looh, jadii......"

"Iya, ayah sudah tahu kamu yang menghilangkan burung ayah, si embok yang bilang hahaha, dia ngeliat kamu ngejatohin kandang burung ayah sampe burungnya kabur. Ya kaaaan? hahaha"

Si anak bengong melihat ayahnya, "Ayaaah maaf, aku ga akan bohong lagiii..Aku janji..!"

Si anak -yang kini sudah dewasa- bilang ke ust.Dedi kalo sejak saat itu belum pernah berdusta ato berbohong lagi sejak kejadian di masa kecilnya itu.

Wuooooow..hebat..

Kita juga bisa mengambil pelajaran dari si ayah, dia berhasil menanamkan dengan mantap sikap jujur kepada si anak dengan kelembutan. Bukan dengan kekerasan. Mungkin akan beda lagi ceritanya kalo si ayah memakai kekerasan,

"Kamuuuuu! Berani-beraninya ya udah ngilangin burung ayah sekarang pake bohong jugaa?!!" *sambil melintir kuping si anak. Pasti ceritanya BEDA!!


wallahua'lam
semoga bermanfaat :)
Previous
Next Post »